Permasalahan utama yang dihadapi oleh difabel adalah keterbatasan akses terhadap pelayanan pendidikan, pekerjaan, kesehatan, transportasi, dan partisipasi politik atau keadilan. Mereka sering menghadapi hambatan untuk berpartisipasi dalam setiap aspek kehidupan dalam masyarakat. Hambatan dapat terjadi dalam berbagai bentuk, termasuk dalam kaitan dengan lingkungan fisik, teknologi informasi dan komunikasi, legislasi dan kebijakan yang belum sepenuhnya berpihak, sikap masyarakat serta diskriminasi.
Difabel selalu dipandang sebelah mata. Para difabel dalam satu hal tidak dapat disamakan dengan orang yang diberi kesehatan fisik. Namun hal ini bukan berarti mereka memiliki ketidakmampuan untuk mengambil bagian dalam kehidupan masyarakat pada tingkatan yang sama dengan orang yang tidak termasuk dalam 7 golongan difabel. Untuk mewujudkan hal itu, difabel memerlukan wadah untuk membangun dan mengembangkan kemampuan atau kreatifitas yang dimiliki. Mengenalkan pengetahuan sains pada para difabel merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan dan mengembangkan kreativitas para penyandang disabilitias.
Perubahan zat secara fisika yang sering dijumpai dalam aktivitas sehari-hari merupakan suatu fenomena yang dapat dikembangkan dan dikemas sebagai suatu usaha kreativitas pagi penyandang disabilitas. Perubahan zat tersebut diantaranya kelarutan zat , peleburan zat dan pembekuan zat. Kelarutan zat dapat dilihat dari larutnya garam pada air es, peleburan zat dapat dilihat pada meleburnya es sebagai efek pengadukan dan pembekuan dilihat dari perubahan larutan jus buah yang perlahan-lahan membaku. Kesemua fenomena ini dapat dilihat pada saat pembuatan es puter/ es krim tradisional.
Pada kegiatan pengabdian ini menggunakan metode ceramah dan pendampingan langsung untuk memperkenalkan perubahan zat. Sebagai pendekatan, pada awal kegiatandilakukan senam bersama oleh seluruh tim dan peserta (gambar 3). Senam tersebut dilakukan sebagai langkah stimulasi dan relaksasi peserta yang secara kebetulan adalah penyandang disabilitas ragam tuna Daksa.
Evaluasi dilaksanakan pada akhir kegiatan. Evaluasi dalam kegiatan ini diberikan dalam bentuk pertanyaan pada peserta secara langsung sebagai feed back pemahaman materi pendampingan yang diberikan. Antusiasme tampak pada tiap peserta, hal ini ditunjukkan pula pada saat mereka ingin melihat secara langsung hasil yang diperoleh dari proses eksperimen tersebut.