Catatan: Muhammad Nur
Sains dan teknologi Plasma belum banyak dikenal masyarakat di Indonesia pada tahun 90an. Para akademisi baru mengenal Plasma Tokamak untuk reaktor fusi nuklir. Pengetahuan inipun baru samar-samar dikalangan para fisikawan. Ketika pulang dari studi lanjut awal tahun 1998 penelitian plasma dimulai di Universitas Diponegoro dari barang-barang bekas. Diawali dari Plasma Dingin. Inilah yang bisa dilakukan.
Awal pengembangan saintek Plasma adalah teknologi plasma korona. Teknologi ini digunakan untuk alat pemisahan partikel konduktor dan isolator, seperti guntingan kabel ada metal dan ada plastik. Setelah mendapatkan hasil penelitian, khususnya di bidang pengendalian polusi lingkungan, peminat Iptek Plasma di Universitas Diponegoro membentuk Pusat Penelitian Plasma (Center for Plasma Research) pada tanggal 10 Februari 2005. Penelitian terus berlanjut dan dengan mengembangkan berbagai jenis reaktor berdasarkan Corona Discharge, Dielectric Barrier Discharge Plasma, Radio Frequency Plasma dan yang terakhir adalah Plasma Jet. Pusat didukung oleh multi disiplin bidang keahlian, Fisika, Kimia, Biologi, Informatika, Matematika, Statistika, Teknik Kimia, Kedokteran, Ilmu Peternakan dan Pertanian, Teknologi Pangan dan Ekonomi. Melalui CPR mengembangkan aplikasi teknologi plasma dilakukan ke bidang dengan objek strategis. Misalnya pasca panen yang sering menjadi masalah musiman.
Generator ozon yang digabung dengan storage telah digunakan oleh para kelompok tani di 9 Propvinsi. Sistem gabungan ini dapat mempertahankan kualiatas produk hortikultura tetap baik walaupun disimpan dalam waktu yang lama. TIM CPR Undip menjadi konseptor untuk SNI yang menggunakan teknologi ozon untuk produk hortikultura: SNI 8759:2019 untuk alat penyimpanan produk hortikultura pascapanen menggunakan teknologi ozon. Teknologi ini sudah komersial dengan Perjanjian kesepakatan Lisensi no 01, 06 April 2021 dengan PT Dipo Technology. Sebelumnya bersama Center for Plasma Research, Unversitas Diponegoro bersama PT Dipo Technology dengan dibantu pembiayaan oleh Kementrian Ristekdikti teknologi plasma ozon untuk penyimpanan ini dilakukan uji pasar di 8 lokasi di 4 provinsi. Kementrianristedikti waktu itu memiliki program Inovasi Perguruan Tinggi dengan nama popular Teaching Industry. Kini produk teknologi yang didedikasikan untuk Standard Nasional Indonesai SNI 8759:2019 itu telah tersebar ke 9 provinsi yang diusahakan penyediaannya oleh Pemda, Bank Indonesia, BUMN, dan pengusaha komuditas.
Pagi ini saya dapat kabar dari teman-teman diskusi saya antara lain (Ahmad Fauzi, Intana Zahar, Iwan Pampam, Reza Muhammad, Iwan Amzu) yang bersama petani mendirikan Koperasi Berkah Abadi Jaya, di Lubuk Cuik, kabupaten Batu Bara. Keberhasilan penggunaan baru saja dilaporkan oleh Koperasi Berkah Abadi Jaya dari kabupaten Batu Bara Sumatera Utara, Tiga minggu lalu (12 Juni 2021) harga cabai di kawasan Rp.8.000,-, Koperasi membeli Rp.10.000,- dari anggota dan petani lain. Pada hari sabtu 3 Juli 2021, harga di kawasan sudah mencapai Rp. 17.000,-. Simpanan mereka dibongkar dan diserap oleh agen cabai yang memasok ke pasar-pasar di Sumut. Hari ini, 5 Juli 2021, di kawasan prkebunan caba seluas 1000 ha yang berdampingan dengan INALUM tersebut harga cabai sudah Rp.22.000,-.
Hal serupa banyak juga terjadi seperti itu dibeberapa kobupaten lain. Invensi dan inovasi yang dihasilkan TIM yang Pusat Penelitian Plasma Universitas Diponegoro ini telah menjadi harapan untuk menstabilkan harga “volatile foods” seperti cabai dan bawang. Jadi bisa menjaga agar inflasi dan deflasi tidak terjadi. Keberhasilan sampai tahun 2019 telah ditulis dalam buku dengan judul “Teknologi Plasma dari Laboratorium Menjadi Produk Riset Untuk Rakyat”, yang diterbitkan oleh Graha Ilmu, Yogyakarta pada tahun 2020.
Dalam masa pandemi ini, kesehatan menjadi pertimbangan utama dalam kehidupan. Produk hortikultura yang menggunakan teknologi plasma dan Ozon dengan Standard Nasional Indonesai, SNI 8759:2019 ini akan bersih dari mikroorgnisme, bakteri, jamur dan virus. Jika dikemas dalam keadaan higine maka dia akan tetap higine. Sangat dibutuhkan dalam mas pandemi. Masa pandemi dan pembatasan keluar rumah, keluarga lebih cenderung belanja online, maka produk sayur kemasan yang dapat diusahakan dengan teknologi penyimpanan dan higine ini sangatlah menjanjikan. Dia bagian dari gerakan “Economic Recovery” .
Dua puluh tahun silam tak terbayangkan Hard Science, Fisika Plasma bisa bersentuhan mesra dengan para petani dan nelayan. Alhamdulillah. Dia membukakan jalan-jalanNya. Terima kasih adik-adik teman diskusi saya, anda telah berjasa memperpanjang tangan kami turut membawa karya ke kampung halaman. Semoga menjadi amal bagi teman-teman semua.
Courtesy of Teaching Industry UNDIP