Tim Peneliti dari Universitas Diponegoro telah mengembangkan mekanisme penekanan penyebaran virus corona baru atau SARS-CoV2 dengan menggunakan teknologi plasma dingin. Teknologi plasma dingin menjadi harapan baru membersihkan udara dari berbagai organisme, termasuk virus pemicu Covid-19. Info terakhir dari WHO, virus ini mampu menulai melalui udara terutama di ruangan tertutup seperti perkantoran, sekolah hingga fasilitas umum lainya.
Plasma kerap disebut sebagai materi keempat setelah bentuk padat, cair, dan gas yang pertama kali dideskripsikan oleh Irving Langmuir, pada tahun 1928. Untuk memahami materi ini, bayangkan sebuah balok es padat yang dipanaskan. Tentu saja balok es tersebut berubah menjadi cairan. Pada pemanasan lebih lanjut, cairan ini akan berubah menjadi uap air atau keadaan gas. Apa yang terjadi ketika suhu ditingkatkan lagi? Jika suhu semakin tinggi, nukleus atom atau ion dan elektron dari gas akan terpisah sehingga menjadi materi yang disebut plasma. Sekalipun mirip gas yang tidak memiliki bentuk tetap, plasma bersifat amat reaktif dan akan membentuk struktur filamen atau pancaran cahaya jika dipengaruhi oleh medan elektromagnet.
Salah satu perintis pengembangan plasma di indonesia adalah Center for Plasma Research (CPR) Undip, yang digagas Muhammad Nur sejak tahun 1998 sekembalinya sekolah master dan doktoral dari Joseph Fourier University, Grenoble, Perancis, dengan fokus studi pada teknologi plasma.
”Di Undip, yang kami kembangkan adalah plasma dingin,” kata Nur. Sejak tahun 2008, CPR Undip bekerja sama dengan PT Dipo Technology untuk hilirisasi hasil riset mereka. Sejauh ini mereka telah memproduksi dua jenis produk, yaitu D’Ozone yang digunakan untuk pengawetan produk pertanian dan Zeta Green untuk membersihkan udara dalam ruangan. Dengan teknologi plasma itu, CPR Undip bisa mengembangkan peralatan yang mampu menghasilkan ozon hingga 150 gram per jamnya.
Adapun untuk membersihkan udara ruangan, mereka mengembangkan peralatan portabel yang mampu menyedot udara dan mengalirkannya ke dalam reaktor plasma dingin. ”Seluruh partikel pencemar yang melalui reaktor plasma ini akan dicabik atau dihancurkan, kotorannya luruh dan mengendap di dasar alat dan yang keluar berupa udara bersih,” tutur Azwar, Direktur PT Dipo Technology.
Menurut Nur, di Indonesia saat ini banyak beredar produk pabrikan yang mengklaim membersihkan ruangan dengan teknologi plasma, tetapi kebanyakan produk tersebut menggunakan teknologi ultraviolet bukan plasma dingin. ”Setahu kami belum ada yang menyedot udara dan mengalirkannya ke reaktor plasma dingin seperti yang kami lakukan. Asap rokok dan bau tidak sedap lain di ruangan yang diisap ke dalam reaktor lalu dipecah menjadi karbon yang luruh jadi debu sehingga yang keluar oksigen. Semakin lama alat kami beroperasi, udara dalam ruangan akan semakin segar,” katanya.
Menurut hasil uji di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Laboratorium Terpadu Undip, peralatan plasma dingin ini bisa mereduksi bakteri sebesar 53 persen dan jamur 61 persen dari ruangan dengan volume 96 meter kubik setelah dinyalakan selama sejam. Dalam tiga jam, peralaan ini bisa mereduksi bakteri hingga 83 persen dan jamur 80 persen. Sekalipun belum teruji untuk virus, secara teoretis Nur meyakini, peralatan yang diciptakannya ini bisa mengurangi risiko penularan SARS-CoV-2 yang menggegerkan dunia.
Sumber Gambar : Freepik.com